[ad_1]

InterServer Web Hosting and VPS

Perry Warjiyo Gubernur Bank Indonesia menyebut Indonesia salah satu negara yang memiliki kinerja ekonomi terbaik di dunia.

Hal ini disampaikan dalam laporan Perekonomian Indonesia 2023 bertajuk “Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Nasional”, Rabu (31/1/2024) kemarin.

Atrium Hosting

Perry menjelaskan, pada tahun lalu pertumbuhan sekitar 5 persen dan inflasi masuk empat negara terendah di dunia.

Rupiah terapresiasi dan kredit tumbuh 10 persen. Digitalisasi juga memiliki dampak yang luar biasa. Semua itu membuat ekonomi Indonesia salah satu yang terbaik di dunia.

Dengan realisasi itu, Perry optimistis perekonomian di Indonesia akan tumbuh lebih baik lagi, bahkan di atas 5 persen.

Pihaknya juga berharap laju inflasi bisa terkendali di level 2,5 persen plus minus 1 persen dengan pertumbuhan kredit di kisaran 10 persen-12 persen.

Sementara nilai tukar Rupiah sedang bergejolak terhadap Dolar Amerika. Tapi diperkirakan Rupiah akan kembali menguat pada kuartal II 2024.

Lantas, apakah masyarakat merasa ekonomi Indonesia membaik atau belum pada saat ini?

Dalam diskusi di program Wawasan Polling Suara Surabaya pada Kamis (1/2/2024) pagi, masyarakat merasa ekonomi belum membaik.

Dari data Gatekeeper Radio Suara Surabaya, dari total 21 pendengar yang berpartisipasi, 15 di antaranya (70 persen) merasa ekonomi Indonesia belum membaik. Kemudian 6 lainnya (29 persen) merasa telah membaik.

Sementara itu, dari data di Instagram @suarasurabayamedia, sebanyak 154 votes (68 persen) merasa ekonomi Indonesia belum membaik. Sedangkan 71 lainnya (32 persen) merasa telah membaik.

Menyikapi hal tersebut, Bambang Budiarto pengamat ekonomi sekaligus dosen di Universitas Suyrabaya (Ubaya) menjelaskan, idealnya sebuah klaim atau kesimpulan sepatutunya dilakukan atau dibuat oleh pihak lain.

Hal ini juga berlaku untuk paparan Bank Indonesia atas perkonomian di Tanah Air sepanjang 2023 lalu.

“Jika dikreasi oleh pihak A, maka idealnya yang menilai pihak B. Yang diperlukan adalah bagaimana melihat ini dari sudut pandang berbeda. Jadi tak mengherankan jika hasil polling menyatakan banyak masyarakat yang merasa ekonomi Indonesia belum membaik,” terang Bambang dalam ketika mengudara di Radio Suara Surabaya.

Bambang menjelaskan, di atas kertas hampir semua laporan tersebut menunjukkan kenaikan ekonomi di Indonesia.

“Inflasi mampu dikendalikan, wow luar biasa bagus. Meskipun sebenarnya ada juga yang tidak boleh ditinggalkan konsepnya. Sebab kita sebenanrya tidak boleh takut inflasi, karena dunia usaha juga perlu inflasi,” ujarnya.

Bambang menambahkan, selain laju inflasi yang terkendali, realisasi kredit juga meningkat.

“Pemahamannya seperti ini. Satu proyek pembanguan yang dibiayai dengan kredit, akan lebih meriah dalam menggerakkan ekonomi. Sebab menggerakkan banyak lini. Lini-lini tersebut menjadi penggerak ekonomi juga,” katanya.

Bambang juga terkesima dengan realisasi investasi di Jawa Timur (Jatim). Disebut terbesar selama lima tahun terakhir, sekitar Rp145,1 triliun.

“Jika melihat catatan di atas kertas, kita boleh optimistis. Tapi yang tidak boleh ditinggal adalah fakta di lapangan,” tegas Bambang.

Jadi ditarik ke belakang, Indonesia pernah mendapatkan label negara upper middle income. Label ini berarti kesuksesan atau keberhasilan para pengambil keputusan. Tapi di tingkat pelaku ekonomi di atas rumput, mereka tidak merasakan efek atau imbas apa pun.

“Sampai pada akhirnya beberapa bulan kemudian, level ini yang awalnya upper middle income, balik lagi kepada lower middle income. Juga tidak ada pengaruhnya. Nah ini yang menjadi tantangan bagi para pengambil keputusan atau pemerintah atau pihak bank sentral untuk bisa memahami para pelaku ekonomi di tingkat bawah ini,” jabarnya. (saf/faz)



[ad_2]