[ad_1]
Sebanyak 23 eks narapidana terorisme (napiter) Surabaya menerima secara simbolis bendera merah putih, hingga diundang ke upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia.
Maria Theresia Ekawati Rahayu Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Surabaya menyebut, selain memupuk rasa cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pembagian bendera merah putih untuk menyukseskan gerakan 10 juta bendera dari Sabang sampai Merauke.
“Kita membagikan ke RT/RW juga mitra deradikalisasi (eks napiter),” jelasnya di Rumah Bhineka Surabaya, Rabu (16/8/2023).
Selain diberi bendera, 10 eks napiter juga diundang ikut upacara HUT ke-78 RI di Balai Kota Surabaya, Kamis (17/8/2023) besok.
“Harapannya, mereka lebih menyatu dengan warga, juga bisa meningkatkan dan lebih mencintai RI. Ini bagian upaya yang dilakukan untuk merangkul mereka supaya gak kembali lagi ke aktvitas terorisme dan sebagainya,” jelasnya.
Total mitra deradikalisasi warga Surabaya yang didampingi oleh Pemkot Surabaya, lanjut Maria, ada 36 orang. 13 di antaranya masih di dalam penjara menjalani hukuman. “Usaha-usaha lain dari pemkot, membantu memfasilitasi mereka usaha,” tandasnya.
Di sisi lain, AZ (30 tahun) warga Wonorejo Surabaya eks napiter yang baru bebas Februari 2023 sejak ditangkap di Bandung 2020 lalu, mengaku senang dan terharu diberi kesempatan terlibat seremonial peringatan menjelang HUT RI.
“Iya, senang secara perasaan. Saya tidak pernah berbenturan dengan negara. Baik sejak atau sudah ditangkap. Bagi saya negara wadah untuk agama berkembang jadi gak ada mau menghancurkan negara,” tuturnya.
Pada momen kemerdekaan, ia berharap para eks napiter tidak akan terpengaruh dengan paham-paham radikal atas peran pemerintah.
“Karena ketika saya mulai sibuk mengejar skill, maka distraksi mencari hal-hal yang baca-baca, yang ke sana-sana (radikal) gak ada lagi,” pungkasnya.
Sementara Kombes Pol Iwan Ristiyanto Kepala Satuan Tugas Wilayah (Kasatgaswil) Jawa Timur Densus 88 AT Polri juga mengapresiasi upaya keras yang dilakukan para eks napiter, kembali mencintai NKRI di tengah tekanan lingakaran pahan radikalnya. Ia berharap seremonial ini bisa memperkuat keyakinan mereka.
“Mereka kembali ke NKRI sudah berat, karena dapat tekanan dari teman-teman, ustaz, bahkan keluarga agar selalu dalam paham radikal. Lalu di tahun politik ini, info yang masuk ke kita semua tolong disaring,” tandasnya. (lta/bil/ham)
[ad_2]