[ad_1]
Tanggal 3 Desember, selain diperingati sebagai Hari Penyandang Disabilitas Internasional, juga perayaan satu tahun komunitas “Disabilitas Berkarya” sejak resmi didirikan tahun lalu.
Eko Doto Nugroho Co Founder Disabilitas Berkarya mengatakan, setahun terakhir pihaknya sebagai relawan konsisten memberikan multi skill kepada para penyandang disabilitas, agar bisa setara dengan masyarakat pada umumnya.
“Kita juga berkolaborasi dengan komunitas-komunitas yang mana mereka anak-anak reguler ya, jadi kesetaraan itu akhirnya juga bisa kita wujudkan bahwa anak disabilitas dan anak reguler itu bisa duduk bersama juga, bisa berkolaborasi, bisa beradu skill. Mereka bisa kok, mereka bisa setara bersama,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (3/12/2023).
Dengan peningkatan skill ini, lanjutnya, para penyandang disabilitas yang tidak selamanya belajar seperti di UPT Kampung Anak Negeri Liponsos Kalijudan Surabaya itu, bisa mendapat nilai plus waktu kembali ke masyarakat.
“Ketika mereka kembali ke tengah masyarakat mereka tidak akan menjadi ‘mohon maaf’, tanda kutib mmenjadi sampah masyarakat. Mereka kembali dengan punya skill, mereka punya sesuatu yang nanti bisa mengangkat derajat mereka sendiri dengan skill yang dimiliki,” ujarnya.
Dia mengatakan, pihaknya bersama dengan pemerintah setempat, dalam hal ini Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sudah memikirkan hal tersebut sampai sejauh ini.
Menurutnya, dari seluruh upaya tersebut, dirasakan kalau para penyandang disabilitas sudah mulai bisa menunjukan skill yang mereka pakai.
“Salah satunya nih, kita bicara ke-5 anak-anak fotografer. Dulunya rasa percaya dirinya kurang, tapi ketika kita sering ajak hunting, kita ajak bersosialisasi dengan teman-teman baru dengan komunitas baru, rasa percaya dirinya itu lama-lama tumbuh. Nah ini salah satu modal dasar kami, ketika percaya diri tumbuh, mereka akan mudah untuk kita isi dengan ilmu-ilmu yang baru,” ujarnya.
Eko juga menjelaskan treatment yang tepat untuk diberikan kepada para penyandang disabilitas saat ini tak lain adalah kehadiran kita sebagai kakak, orang tua dan sahabat. Bukan sebagai sosok yang hadir sebagai pemberi donasi.
“Point-nya adalah ketika kita hadir tidak dengan hati, mereka juga kan tidak akan mendekat loh. Kalau kita tidak datangnya tidak dengan hati mereka tidak akan dekat,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Eko juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang selama ini sudah hadir dan membantu komunitas Disabilitas Berkarya dalam setahun belakang, baik Pemkot Surabaya dan tentunya masyarakat pada umumnya.
Dia mengungkapkan, peringatan setahun berdirinya komunitas tersebut pada hari ini, hanya dirayakan secara lewat tasyakuran makan bersama antar anggota komunitas.
“Alasannya, karena setahun belakang, Disabilitas Berkarya berperan lebih banyak mengadvokasi komunitas-komunitas yang lebih kecil agar tumbuh dan terlihat. Dan kami berhasil dalam 11 bulan ini,” ucapnya. (bil/iss)
[ad_2]