[ad_1]
UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund) menggandeng Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) untuk menurunkan angka stunting di Jawa Timur.
Tahun 2023 ini, kerja sama dilakukan untuk ketiga kalinya dengan menggelar acara “Bersama Mencegah Stunting” di Auditorium Lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, pada Kamis (25/5/2023) yang menghadirkan beberapa pembicara tingkat nasional dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan praktisi.
Prof. Achmad Jazidie, Rektor Unusa mengungkapkan bahwa, Unusa selalu konsen di bidang kesehatan. Melalui Program Studi (Prodi) S1 Gizi dan Prodi Kebidanan dengan predikat Akreditasi Unggul, Unusa akan selalu berperan aktif dalam program-program penurunan angka stunting.
Prof. Faiz Syuaib, Direktur Direktorat Riset, Teknologi, dan, Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbudristek RI, menyampaikan apresiasinya kepada Unusa atas perannya dalam menurunkan angka stunting di Jawa Timur.
Menurutnya, kegiatan Unusa “Bersama Mencegah Stunting” perlu ditiru oleh kampus-kampus lokal (daerah) lainnya. Sehingga konsep riset dapat dihilirisasi dan dapat dikerjasamakan dengan pihak-pihak terkait maupun perusahaan melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR). Kementerian memiliki program yang dapat membantu hilirisasinya, melalui Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat), salah satunya fokus penanganan stunting.
“Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) merupakan hasil kolaborasi dalam pelaksanaan tri dharma antara insan akademik dari perguruan tinggi pelaksana dan perguruan tinggi pendamping. Tema utama yang diusung untuk implementasi Kosabangsa tahun 2022 adalah kemandirian ekonomi, ketahanan pangan, dan kemandirian kesehatan,” ungkapnya.
Faiz Syuaib menambahkan, selain berfokus pada capaian pengabdian kepada masyarakat yang lebih baik, Kosabangsa juga menggagas kegiatan mentoring dari perguruan tinggi pendamping yang merupakan perguruan tinggi dengan akreditasi unggul dan atau memiliki pengalaman dan keahlian di bidang pengabdian kepada masyarakat terhadap perguruan tinggi pelaksana sehingga diharapkan terjadi peningkatan kualitas pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di masyarakat.
“Produk riset, inovasi, dan teknologi tidak akan banyak bermanfaat apabila hanya disimpan di kampus untuk meningkatkan reputasi kampus semata melalui ukuran jumlah publikasi dan inovasi yang dihasilkan, tapi yang jauh lebih penting adalah seberapa banyak manfaat yang dapat diterima masyarakat dari hasil inovasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi tersebut,” ungkapnya.
Sekadar diketahui, berdasarkan data yang dirilis oleh Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), Target dan Capaian Prevalensi Stunting di Jawa Timur dari tahun 2019 hingga 2021 terus mengalami penurunan. Walaupun belum sampai menyentuh target tahunan, namun tercatat menurun dari 26,86% pada 2019 menjadi 25,64% pada 2020. Kemudian menjadi 23,5% pada tahun 2021. Pada tahun 2022 menjadi 19,2%, angka ini di bawah 20% yang menjadi standar World Health Organization (WHO). Tapi standar WHO kini diubah menjadi di bawah 10%.(iss/faz)
[ad_2]